Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memprediksi lonjakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) hingga lebih dari 11 persen menjelang Idul Fitri 1446 H. Peningkatan ini sejalan dengan proyeksi jumlah pemudik Lebaran 2025 yang mencapai 150 juta orang. Meningkatnya mobilitas masyarakat selama mudik akan berdampak signifikan pada konsumsi BBM berbagai jenis transportasi.
Saleh Abdurrahman, Anggota Komite BPH Migas, menjelaskan bahwa peningkatan konsumsi BBM merupakan konsekuensi logis dari tingginya angka pemudik. Pesawat, kendaraan pribadi, dan kereta api, semuanya membutuhkan BBM dalam jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, kesiapan pasokan BBM menjadi hal krusial untuk memastikan kelancaran arus mudik.
Secara spesifik, konsumsi Pertamax diprediksi naik 11,1 persen, sementara Pertalite diperkirakan meningkat sekitar 11,7 persen. Kenaikan ini menunjukkan tingginya permintaan BBM jenis gasoline yang digunakan oleh kendaraan pribadi. Hal ini sejalan dengan prediksi Kementerian Perhubungan mengenai puncak arus mudik pada H-3 Lebaran (28 Maret 2025) dengan jumlah pergerakan masyarakat mencapai 12,1 juta orang.
Di sisi lain, konsumsi solar justru diproyeksikan turun hingga 16,2 persen. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas niaga selama periode libur Lebaran. Perbedaan tren konsumsi BBM jenis gasoline dan solar ini menunjukkan pergeseran pola konsumsi yang dipengaruhi oleh faktor mobilitas masyarakat.
Konsumsi Avtur juga diprediksi meningkat sebesar 7,13 persen. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan jumlah penerbangan selama periode mudik dan liburan Lebaran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor penerbangan juga turut berkontribusi terhadap peningkatan konsumsi BBM secara keseluruhan.
Puncak arus balik Lebaran 2025 diperkirakan terjadi pada H+5 (6 April 2025) dengan potensi pergerakan masyarakat mencapai 31,49 juta orang. Total pergerakan masyarakat selama libur Lebaran diproyeksikan mencapai 146,48 juta jiwa, atau sekitar 52 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan betapa besarnya dampak pergerakan masyarakat terhadap kebutuhan BBM nasional.
Pemerintah telah melakukan berbagai langkah antisipatif untuk menghadapi lonjakan konsumsi BBM ini. Koordinasi intensif telah dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk kementerian terkait, kepala daerah, BUMN, dan pihak swasta. Koordinasi ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan dan distribusi BBM tercukupi selama periode mudik dan arus balik.
Ilustrasi kepadatan lalu lintas kendaraan di kota-kota besar selama periode mudik Lebaran menunjukkan betapa pentingnya antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait. Kesiapan infrastruktur, manajemen lalu lintas, dan ketersediaan BBM merupakan faktor-faktor kunci yang menentukan kelancaran dan keamanan perjalanan mudik.
Selain kesiapan pasokan BBM, penting juga untuk memperhatikan aspek keselamatan berkendara selama mudik. Pengecekan kondisi kendaraan sebelum perjalanan, istirahat yang cukup, dan mematuhi peraturan lalu lintas merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir risiko kecelakaan.
Antisipasi lonjakan konsumsi BBM ini juga perlu mempertimbangkan dampak lingkungan. Peningkatan konsumsi BBM akan berdampak pada emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, upaya untuk mendorong penggunaan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik, perlu terus digalakkan.
Secara keseluruhan, prediksi BPH Migas tentang lonjakan konsumsi BBM menjelang Lebaran 2025 menyoroti pentingnya perencanaan dan koordinasi yang matang dari berbagai pihak. Kesiapan pasokan BBM, manajemen lalu lintas, dan keselamatan berkendara harus menjadi prioritas utama untuk memastikan kelancaran dan keamanan arus mudik dan balik Lebaran.





