Banjir melanda 28 RT di Jakarta pada Minggu malam, 2 Maret 2025, dengan ketinggian air bervariasi antara 30 hingga 150 cm. Bencana ini disebabkan oleh luapan Kali Ciliwung dan air kiriman dari Bogor, Jawa Barat. Kepala Pusdatin BPBD DKI Jakarta, Yohan, menyatakan bahwa hampir semua wilayah di sepanjang aliran Ciliwung terdampak.
Jakarta Timur menjadi wilayah terparah, dengan 17 RT terendam banjir. Kelurahan Bidara Cina tercatat 3 RT terendam dengan ketinggian 60 cm, Kampung Melayu 4 RT (65 cm), Balekambang 3 RT (30-90 cm), dan Cawang 5 RT (130 cm). Kondisi paling kritis terjadi di Kelurahan Cililitan, meskipun hanya 2 RT yang terendam, namun ketinggian air mencapai 150 cm.
Di Jakarta Selatan, banjir terparah terjadi di Pejaten Timur dengan 6 RT terendam (130-150 cm). Lenteng Agung (2 RT, 30-40 cm), Tanjung Barat (2 RT, 40-115 cm), dan Rajawali (1 RT, 30 cm) juga terdampak. Meskipun demikian, Yohan menegaskan bahwa tidak ada laporan pengungsi. Sebagian besar warga bertahan di rumah masing-masing, dan BPBD telah mendistribusikan 1000 boks makanan siap saji.
Dampak Banjir di Bogor
Hujan deras yang melanda Bogor sejak siang hingga malam hari mengakibatkan banjir di wilayah Puncak. Camat Cisarua, Heri Risnandar, membenarkan informasi tersebut dan menyebutkan sedikitnya tiga titik lokasi terdampak: Tugu Selatan, Citeko, dan Cisarua. Petugas kecamatan sedang melakukan asesmen di lokasi.
Informasi awal menyebutkan adanya satu jembatan putus di Kampung Pensiunan I, Desa Tugu Selatan. Petugas Satpol PP telah mengunjungi lokasi untuk memastikan tingkat keparahan kerusakan infrastruktur tersebut. Situasi ini menandakan luasnya dampak hujan deras tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah penyangga seperti Bogor.
Analisis Penyebab Banjir dan Solusi Jangka Panjang
Banjir di Jakarta dan Bogor menunjukkan keterkaitan erat antara pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan sistem drainase yang kurang optimal. Luapan Kali Ciliwung yang menjadi penyebab utama banjir di Jakarta menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap kapasitas sungai dan sistem pengendalian banjir. Hal ini perlu melibatkan kerjasama antar pemerintah daerah, yakni DKI Jakarta dan Jawa Barat, guna mengatasi masalah air kiriman dari hulu sungai.
Selain itu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai penyebab banjir di Puncak Bogor. Apakah hanya karena hujan deras, atau ada faktor lain seperti kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan yang menyebabkan daya serap air tanah menurun? Penyelidikan menyeluruh akan membantu menentukan langkah-langkah mitigasi yang tepat.
Solusi Jangka Panjang yang Diperlukan:
Kesimpulannya, bencana banjir di Jakarta dan Bogor menuntut respon cepat dan komprehensif, baik dalam penanggulangan darurat maupun solusi jangka panjang. Kerjasama antar instansi pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat sangat krusial untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa mendatang.





